Dewasa ini, banyak kue-kue modern
yang populer di masyarakat. Dunia
kuliner memang terus berkembang hingga banyak varian kue yang bermunculan, baik
itu modifikasi dari jenis kue yang sudah ada maupun inovasi baru dari para
penggemar pastry. Sebutlah cheesecake lumer, rainbow cake, muffin, red velvet,
cup cake, dan masih banyak lagi. Namun, satu hal menarik adalah keberadaan kue
tradisional. Bagaimana dengan kue tradisional dan jajanan pasar lainnya? Apakah
telah kalah pamor dengan kue-kue modern?
Tentu saja tidak. Keberadaan kue
tradisional masih memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat. Di jajaran
kue-kue berpenampilan cantik yang kadang kita susah nyebutin namanya, masih
banyak kok pedagang kue tradisional. Salah satunya adalah pukis. Kue pukis yang kita kenal sampai saat ini merupakan
salah satu jenis kudapan yang berasal dari Kabupaten Banyumas di Jawa Tengah.
Begitulah seterusnya kue pukis menyebar ke daerah Surabaya, Jakarta, Bandung, dan hampir seluruh
nusantara.
Kita bisa menemukan kue pukis yang dijual di
pinggir-pinggir jalan di waktu pagi dan sore hari. Kue pukis memiliki bentuk dan
warna yang khas, yakni kuning kecoklatan. Kue ini dibuat dari campuran tepung terigu, gula pasir, telur, santan, dan ragi. Adonan
pukis dicetak pada cetakan berbentuk setengah lingkaran. Para pedagang pukis
biasanya membuat kue ini langsung di gerobak tempat ia berjualan. Tentu saja
aroma kue pukis ini mengundang para pejalan kaki untuk mencicipinya. Kue ini
dijual seharga 1000-1500/ buah.
Kue yang bercitarasa manis ini pada awalnya memang
dijual tanpa toping. Namun kini setelah kue pukis masuk ke toko-toko kue besar
dan diolah oleh para professional di bidang pastry, kita banyak menjumpai
varian toping menarik pada kue pukis ini. Keju, coklat, sukade, kismis, kurma,
dan masih banyak lagi. Begitupun dengan adonan kue, kini telah dimodifikasi
dengan aroma pandan ataupun dengan campuran cokelat hingga kue pukis menjadi
lebih banyak pilihan rasa dan warna. Maka tak heran jika sampai saat ini pukis
menjadi kue tradisional yang tetap populer.
Namun menurut saya, tetap saja pukis asli yang
berwarna kuning kecoklatan tak tergantikan. Apalagi ketika baru diangkat dari
cetakan kue, disantap selagi hangat dengan teh panas. Duduk di bangku kecil
dekat gerobak sambil menikmati suasana pagi yang sejuk yang belum tercemar
polusi. Ah, nuansa tradisionalnya dapet banget.
0 komentar:
Posting Komentar